Semua
berawal dari sekolah itu. Sekolah itu yang membuat semua ini terjadi,sekolah
itu yang menyatukan kita, sekolah itu yang membuat kita saling mengenal,saling
peduli,hingga saling mencinta & menyayangi. Lucu memang, semua terjadi
begitu saja, tanpa rencana sebelumnya, bahkan tanpa pemikiran kalau nantinya
akan berujung seperti ini.
Dulu, 7 tahun
yang lalu, tepat pada tanggal 22 Juni 2007 aku dinyatakan lulus dari tingkat
sekolah dasarku, sekolah 6 tahunku yang sangat sangat sangat berperan besar
ikut melukiskan sejarah dalam garis perjalananku. Tepat dihari itu,dihari
kelulusanku aku rasa kisahku dimulai. Hari itu yang memulai semua cerita yang
kini aku jalani bersamamu.
Sedikit
kaget memang, baru kemarin rasanya aku
duduk di bangku SD itu, dan sekarangaku sudah harus menjadi siswa baru lagi dengan
gelar yang setingkat lebih tinggi. Ya, kini aku akan menyandang gelar siswi SMP.
Dan sebelumnya aku sudah memilih SMP terbaik itu menurut pemandangan ilmiah ku
untuk menjadi tempatku menggali jalan menuju masa depanku selanjutnya.
Bukan hanya satu pilihan
itu, berbagai macam olokan keunggulan SMP lainnya yang sempat menarik
perhatianku, tapi entah mengapa, mungkin memang jodohku untuk bertemu denganmu
disana hingga akhirnya kutetapkan pilihan terakhirku, SMP NEGERI 40 PALEMBANG.
Hari itu aku tak tahu apa-apa, hanya ibu dan bapak yang sibuk mengurusi semua, aku
terima beres dan yang aku tahu aku hanya perlu menyiapkan diriku dengan
menjejalkan pengetahuan-pengetahuan yang mungkin akan ditanyakan saat tes
penerimaan siswa baru nanti.
Hah...sudahlah
aku sudah bosan, aku sudah bebal, rasanya cukup penat aku membaca buku-buku
bekal masa depan itu dan semoga tidak sia-sia kegunaanya disaat kubutuhkan
nanti. Dan hari ini tepat pada bulan Mei 2007, aku tak ingat betul itu tanggal
berapa aku telah duduk di sebuah ayunan kesayanganku diteras rumahku yang
mungkin umurnya kurang lebih seumuran dengan berapa lama hidupku didunia ini.
Hari itu kurasa alam sangat indah, udara nan sejuk
dengan santun menyapa pagiku, nyiur didepan rumahpun berkibas menyapaku dengan
ucapan SELAMAT PAGI dan angin itu menderukan kesejukannya seolah meyakinkan ku
bahwa aku bisa. Bermodal basmallah dan restu dari kedua orang tua ku, aku pergi
bersiap menjalani tes itu.
Singkat
cerita, aku berhasil lolos menerobos serentet pertanyaan yang lumayan memutar
otakku, aku diterima di SMP pilihanku itu. Waktu demi waktu pun terus berganti
dan akhirnya tibalah hari itu, hari dimana aku dan semua teman-teman baru ku
memulai penjelajahan kehidupan kami di sekolah itu. Hari dimana pihak sekolah
itu menyelenggarakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan
siswa-siswa baru mereka kepada ruang lingkup sekolah mereka.
Biasanya sih sering disebut
MOS (Masa Orientasi Siswa), disini umumnya banyak siswa yang membenci hari ini.
Terang saja mereka menolak, menurut mereka hari itu pasti hari yang memalukan,
karena pada hari itu pasti mereka disuruh berpenampilan yang memalukan untuk
penyambutan pengenalan siswa baru itu. Tapi untungnya tak begitu disekolah ku,
sekolah hanya melakukan hari itu sekedarnya saja.
Pagi di
hari itu aku sudah bersiap rapi menggunakan seragam baruku, aku terlihat beda,
sekarang aku sudah menggunakan seragam SMP itu. Tertawa lucu namun lebih banyak
bahagia yang kurasakan. Saat aku sampai disekolah itu, hal yang pertama aku
lakukan ialah memasuki gerombolan orang yang sedang berdiri tegap didepan
mading saling mencari nama mereka yang menunjukkan kelas mana yang harus mereka
tuju. Mata ku berputar-putar melihat ratusan nama itu, mencari nama seorang
“Riztia Prandini”. Melirik keatas kebawah kembali keatas lagi hingga akhirya
kutemukan nama itu. Namaku terdapat di rombongan siswa kelas “VII B”.
Akhirnya
kaki ini mulai berjalan menyusuri sekolah itu, menjelajahi deretan kelas dan
mencari kelas yang bertuliskan “VII B”. And know i get it, kelasku sudah ada
didepan mataku, kulihat didalam kelas itu sudah lumayan banyak wajah-wajah baru
yang akan menjadi temanku 1 tahun kedepan nanti, semuanya terlihat asing, namun
kelihatannya memiliki berbagai macam karakter yang aku yakin akan mengasyikkan
nantinya saat aku mulai mengenal mereka.
Bukan
hanya itu saat kusadari sekarang, kelas itu juga berperan dalam kisah kita.
Kelas itu yang memperkenalkan kita untuk pertama kali. Memang tak ada yang
spesial cenderung biasa saja, aku dan kamu hanya sekedar kenal. Karaktermu yang
cenderung pendiam dan karakter ku yang cenderung cuek membuat kita tak
mempunyai cukup kesempatan untuk mengenal satu sama lain lebih dalam. Tapi
jujur saja aku tipe orang yang suka memperhatikan orang. Meskipun kita nggak
pernah ngobrol bahkan untuk saling menyapa pun bisa dikatakan tidak pernah, aku
tetap memperhatikan gerak gerik kamu kok. Lucu rasanya saat mengingat semua
itu, saat kamu berkelahi, kena marah guru, bahkan saat kamu lagi suka sama
seorang cewek disebelah kelas kita pun aku tahu.Tapi posisinya saat itu aku tak
cukup kenal denganmu, dan menyingkap semuanya sendiri dengan bersikap wajar
sebagai temanmu.
Tahun
pertama sudah berhasil aku lewati, dan aku dinyatakan naik ke tingkat dua dari
sekolah itu. Saat itu aku mendapat kelas yang berada di lantai atas, iya itu
juga kelasmu kelas “VIII C”. Untuk tahun
kedua pun aku kembali duduk di kelas yang sama dengan dirimu. Tapi semua
belum ada yang berubah, aku dan kamu masih belum saling mengenal secara dekat
pribadi masing masing. Tak jauh beda dengan tahun kemarin, hanya saja semua nya
terlihat lebih canggung, bahkan kita tak pernah bertegur sapa sekalipun.
Dikelas itu aku melihat pribadimu, pribbadi pendiammu yang cenderung
menampilkan sosok sombongmu.
Beralih
dari tahun kedua, kini tahun ketiga aku
berada disekolah ini. Aku diputuskan sekolah untuk kembali menempati kelas VII
ku kemarin, dan lagi-lagi itu menjadi kelasmu. Lucu kalau aku terbayang tentang
itu, tentang kita yang bersama didalam kelas yang sama 3 tahun tak terpisahkan,
namun seperti orang yang tak kenal. Hahaha
Aku
mengalah denganmu disaat aku bersama temanku, kamu tahu dia “Ayuke Putri Noor”.
Aku meledekinya untukmu, aku ingat betul disitu pertama kali aku menegurmu.
Bercanda tanpa batas, meskipun ekspresi tanggapan mukamu waktu itu kelihatan
nggak mengenakkan. Tapi itulah sisi isengku, tetap saja aku meledek kalian.
Tanpa perduli kalian akan marah.
Semakin
hari semakin lama kita semakin dekat, bergerombol menjadi satu bagian yang kita
sebut MYDU2R & THE MARS. Pergi bersama, berjalan bersama, terutama dalam
hal bercanda didalam kelas. Aku sangat merindukan suasana itu. Suasana dimana
aku mulai merasa nyaman dengan kehadiranmu. Sampai berlanjut untuk kita saling
mengenal lebih dekat hanya berdua. Saling bertukar sms, bahkan kau bercerita
tentang gebetanmu yang tak kunjung membalas cintamu, dia orang yang paling dan
sangat aku benci hingga sekarang, kamu tahu itu kamu tahu dia “DINA”.
Terlupa
dari semua itu, aku yang terkenal emosional sering kau ledek, sering kau
pancing amaraahku, terutama saat asakit gigi itu melandakau. Dengan bahagianya
kau meledekku hingga aku terlihat seperti seorang induk macan yang sedang
marah. Tak jarang terbahak aku mengingat itu. Pesan singkat mu pun semakin
intens bersarang di telepon genggamku. Bukan hanya itu aku ingat betul malam
pertama kau datang dan main kerumahku saat kau beralasan untuk “sekedar” bertanya apa yang bakal kamu bawa untuk tata
boga keesokan harinya. Ingin tertawa tapi aku masih menjaga perasaanmu. Itu
alasan terbodoh yang pernah aku tahu, jelas-jelas siangnya sudah aku umumin
sama semua anggota kelompok kita kebagian bawa apa aja. Bilang aja kamunya mau
liat aku. Wkwkwkwkwkwkwkwkw :D
Hingga
malam malam selanjutnya dengan alasan palsumu terus datang. Kau terlihat begitu
sempurna dimataku. Terlihat sebagai orang yang kutunggu selama ini, aku seperti
sudah mengenalmu jauh lebih dalam. Mulai merasakan kau menyayangiku, terus kau
mendekatiku, terus kau main kerumah, walaupun tetap takut buat salaman sama
ibu. Sampai UAS kita berakhir, waktu itu tepat bulan mei aku juga lupa dan tak
tahu pasti itu tanggal berapa, dan aku yakin kamu lebih lupa dari aku. Karena
yang kukenal dari dulu kamu memang pelupa seperti kakek2 tua yang lucu dan
selalu ngangenin.
Tepat
dimalam setelah kau terjebak pertanyaan mbak amel yang mendapati rasamu
untukku, kau menyatakan perasaan itu. Kau menyatakan bahwa kau menyayangiku dan
menginginkanku untuk menjadi kekasihmu. Dengan senang hati aku menerimamu, tak
bohong kenyamanan itu telah tertanam pada dirimu. Disampingmu aku merasa
tenang. Tapi semua itu tak bertahan lama, aku memutuskanmu karena banyak hal,
salah satunya terlalu banyak wanita yang mendekatimu. Aku bukan tipe seorang
wanita yang cuek, aku perasa dan aku tak suka kau begitu. Tapi aku lebih
memilih aku yang pergi dengan ketidak sempurnaanku.
Malam itu
kau menangis merintih untukku memberi kesempatan untukmu, disana aku melihat
sisi dirimu yang masih sangat mencintaiku, masih sangat menyayangiku, biarpun
aku kejam melepaskanmu tanpa alasan dan bernyanyi lagu “DEMI CINTA-KERISPATIH”
yang sampai saat ini kau benci karena mengundang sakit untukmu. Tapi ketahuilah
bukan hanya kau yang merasakan itu, aku juga, aku juga begitu. Sama sepertimu
yang terluka.
Bulan
berganti bulan telah berjalan, perlahan kau telah menghilang. Tak ada kabar lagi yang kulihat untukku,
hingga sampai hari itu. Aku ingat betul itu hari dibulan ramadhan, kau datang
kembali dan bertanya semua kabar tentangku, ahhh disitu aku benar benar
merindukanmu tapip apa daya kamu udah ada yang punya. Kakak kelasmu “ANA” telah
mengisi hatimu.
Aku
memilih mengalah menerimamu sebagai temanku kembali bukan sebagai kekasih,
jujur aku sakit, tapi itu demi kebahagiaanmu, aku tahu aku telah menyakitimu
lebih dari ini di waktu dulu. Tapi dengan segala kelemahanku, aku tak bisa,
jujur aku berharap lebih. Hingga akhirnya kau memutuskan hubungan mu dengan
kekasihmu itu. Aku diam diam tak terkendali, bahagia tapi aku ragu. Tepat
tanggal “20 JANUARI 2010”, kau memintaku kembali dan menjalin kisah itu lagi.
Dengan keyakinan penuh aku jawab “ya, aku mau”. Hari itu dengan segala senyummu
kau menyambutku, kau mengantarkanu menuju sekolah ku, dan kau ingat kejadian
lucu yang kita alami di hari itu? Motormu mogok, karena kehabisan bensin. Ingin
tertawa tapi rasa cemas ku melebihi itu, aku takut telat. Walaupun sebenarnya
tak akan telat. Hanya saja jiwa kecemasanku yang melebihi itu.
Dari
tanggal itu kita jalani hari-hari kita berdua walaupun pertemuan itu tak selalu
intens. Tak selalu bisa terjadi. Ketepatan waktu kita sekolah yang tumburan
menyebabkan kita jarang mempunyai kesempatan untuk bertemu. Tapi hubungan kita
tak mulus ditahun ini, kau seperti berdenda selingkuh sana sini menghianati aku
yang sudah setia. Putus nyambung sudah menjadi makanan hubungan kita, bahkan
sampai sekarang. Sering aku kecewa terhadapmu tapi rasa sayang itu tetap lebih
besar untukmu. Kita putus aku sakit aku membencimu tapi tetap aku mencintaimu,
tetap kau yang ada di peringkat utama hati ini.
Sampai
akhirnya kita dipertemukan lagi tanggal 10 JULI 2011, dihari iu kau memintaku
untuk datang melihatmu untuk sparing bola. Di hari itu juga kau memintaku untuk
kembali kepadamu, dan hingga sekarang tak pernah ingin kulepaskan dirimu lagi.
Kau memang bukan yang sempurna tapi kau yang membuatku hidup, kau yang
membuatku semangat menjalani semua, kau yang menyayangiku. Mulai dari hari itu
kita selalu berdua menjalani hari dari pagi hingga pertengahan malam kita
berdua. Aku ingin mengulang semua itu J. Dibulan itu aku tak pernah absen menonton pertandinganmu dan
melihat kau sebagai jagoanku di area hijau itu. Tak sedikit gol-mu yang kau
sumbangkan disitu. Aku benar benar mencintaimu aku sadari itu. Setahap dari itu
kau lebih mengenalkanku dekat dengan orangtuamu, kau buat aku meranjak masuk ke
bagian keluargamu, menjalin kenyamanan dengan mereka. Danlagi lagi aku ingin
mengatak aku menyayangimu.
Tak lama
setelah itu bulan ramadahan sudah kembali datang, kita mulai berlaku seperti
pasangan yang wajar. Pergi berdua, saling melengkapi, meskipun PUTUS-NYAMBUNG
itu tetap ada dan akan selalu ada di pribadi kita yang emosional ini, tapi kau
pasti tahu bahwa semua itu hanya ucapan bibir semata, dalam hatiku jauh dalam
hatiku tak pernah kuinginkan perpisahan ini, dan kurasa kau pun juga seperti
itu, eskipun kenakalan itu masih sering kau lakukan. Bulan demi bulan terus
berjalan hingga sampai ke hari itu, hari dimana kau benar benar marah
terhadapku. Hari dimana kau mulai menjadi arogant, dan kasar kepadaku, tapi
semua kuanggap biasa karena aku menyayangimu tulus.
Kau
terasa begitu berarti saat erujungan hari lebaran, dimana aku mengaburkan diri
dari rumah dan kau datang sebagai pendampingku yang menguatkanku disaat letih
itu. Kita bersama sepanjang waktu tanpa terpisah hampir 4x24 jam. Kau sediakann
rumahmu untukku, begitupun keluargamu. Mereka dengan begitu hangat menyambutku
dirumahmu. Sedih benar-benar sedih mengingat itu. Terasa benar disitu
ketulusanmu, benar benar aku rindu kau yang begitu.
Oh iya
ada yang kulupakan. Kau ingat disaat malam pertama kita berjalan berdua dan
kita bertemu ibuku dijalan pulang? Disitu semua terasa sangat lucu bahkan
menggembirakan. Kita duduk diteras rumah, di kursi hijau yang kini tela menjadi
bangkai dirumahku, disitu kau merangkulku dan menyium keningku untuk pertama
kali. Terasa hangat ciumanmu, terasa hangat kasih sayangmu.
Hari-hari
itu terus mennggeluyuti kisah kita, semakin lama semakin terasa arogan dirimu
untuuku. Semua masalah selalu kau selesaikan dengan cara menyiksaku baik fisik
maupun batin. Andaikan aku wanita lain mungkin aku telah meninggalkanmu. Tapi
aku bkan mereka aku umi-mu yang menerima semua kekuranganmu. Terus aku mengalah
meskipun emosi itu tetap kupertahankan. Aku memang gadis yang keras dan aku
tahu kau tak menyukai itu. Tapi jauh dari ketidak sukaanmu aku tahu kamu
menyayangiku.
Aku
berusaha kuat berusaha bertahan, tapi perlakuanmu dibulan juni tahun kemarin
mengharuskanku untuk pergi. Kau kelewatan, kau setega itu, membuat bibirku
berdarah, membuat pipiku biru bengkak, kupikir semua itu hanya omongan mu
belaka selama ini, ternyata kau memang tega melukaiku. Aku berusaha kuat
berusaha tegar meninggalkanmu tanpa kabar, memutuskan untuk merantau menuntut
ilmu ke kota ini. Berusah menghilangkan bayanganmu yang tetap menggelayuti hati
ini. Hingga akhirnya aku harus menyerah dengan keadaan, aku tak cukup kuat
untuk berpisah denganmu. Aku masih merindukan hangatmu, merindukan pelukanmu,
merindukan tatapan matamu yang sipit itu. Merindukan dekapanmu saat aku merasa
lelah dan kau bisikkan bahwa kau enyayangiku dan akan selalu ada untukmu saat
aku tak kuat bertahan jalani hidup ini. Aku merindukan candaanmu yang selalu
menghiasi hidupku dulu, menghiasi hariku dari fajar terbit hingga kembali
tenggelam, dan akhirnya aku menghubungiku. Kau sambut semua dengan tangisanmu,
aku tahu kau juga merasakan sakit itu sayang.
Hingga
akhirnya kau juga memutuskan untuk merantau dan pergi meningalkan kampung kita.
Aku lihat kau sangat menunggu-nunggu hari itu, menunggu hari dan kesempatan
yang diberikan tuhan untuk mempertemukan kita sayang. Di sana di bandara itu
kita bertemu, tak banyak fikir langsung saja kupeluk tubuhmu yang selama ini
menjadi tempatku bertopang dengan segala kenyamanan yang kau berikan. Tapi
semua itu berjalan begitu cepat, kau lagi-lagi harus melanjutkan perjalananmu
ke kota tujuanmu. Dengan tampang sok tegar aku melepaskanmu, senyuman bahagia
yang mengantarkan kepergianmu. Hingga kamu mempertanyakan aku, kenapa aku nggak
nglepas kamu dengan kesedihanku? Asal kamu tahu pertemuan ini yang kubutuhkan
selama ini. Aku hanya tak ingin mengakhirinya dengan kesedihanku. Aku ingin
kita bahagia menyongsong masa depan kita sayang. Harus kamu tahu tepat sedeik
aku menempatkan bokongku di kursi DAMRI yang akan membawaku kembali ke tempat
tinggalku, air mata ini mengalir deras sayang. Aku protes, aku menilai tuhan
jahat hanya memberi kita waktu yang sangat-sebentar. Aku masih ingin didekapmu.
7 bulan
ak terasa kita lewati di kota rantauan kita masing-masing. Hubungan kita tetap
terjaga dengan baik, walaupun masalah tetap datang menghadang, tapi kita
bertahan menjaga semua. Hingga kau memintaku untuk menyusulmu ke kalimantan
sana(kota rantauanmu). Aku dan semangat 45 ku segera menyanggupi semua tanpa
perduli apa yang akan menghantamku diperjlananku nanti. I love you so much god
telah kau berikan aku kesempaten untuk bersama dia walaupun lagi-lagi hanya
untuk sementara.
Detik-detik
keberangkatanku pun telah menghitung jam, tapi tetap hubungan ini diselimuti
dengan pertengkaran yang menyulut emosi kita. Tapi keyakinan kita lebih besar,
dalam kondisi yang kacau, aku tetap menekatkan diriku untuk terbang kekotamu.
Perjalanan yang cukup melelahkan, perjalanan 12 jam yang untuk pertama kalinya
aku jalani sendiri. DEMI KAMU, DEMI KITA, dan DEMI RIZMA. Benar-benar hanya
bahagia yang aku rasa saat itu. Perjalanan melelahkan itupun terbalaskan sudah,
aku mendapatimu dan wajahmu yang kurindukan. Aku memelukmu erat diatas motor
itu, hanya tangis bahagia yang bisa aku beri. Aku menyayangimu ABI. J
Hari-hari
yang kujalani disana tak terasa mulus, banyak kenakalanmu yang mulai terungkap
selama kau tak disisiku. Tapi aku tahu aku kesana menghampirimu hanya untuk
melepaskan kerinduanku ini, aku sadar aku terlalu mencintaimu. Janji itu
lagi-lagi kau buat, yang tentu saja takkan bisa mengembalikan kepercayaanku
dengan mudah, tapi tetap aku berusaha membangun kepercayaanku lagi. Semua hari
yang kulewati terasa sangat mengasyikkan selalu beruda denganmu 5x24 jam, tak
jarang candaan kita diselingi dengan pertikaian, tapi itulah kita, itulah
hubungan kita, dan itulah yang buat kita bertahan. Aku tak cukup kuat tapi kau
yang menguatkanku. J
Sampai
akhirnya hari dimana kita harus berpisah itu datang, kau mengantarkanku dengan
semua penderitaan yang kau rasakan didalam mobil itu. Aku hanya bisa menangis
melihatmu berkorban dengan memperjuangkan rasa sakitmu untuk aku. Di bandara
itu selpas aku masuk ke dalam ruang tunggu, air mataku tak berhenti mengalir
hingga menjadi pusat perhatian orang-orang disitu. Aku bukan lemah hanya saja
aku tak ingin kita berpisah lagi. Tapi aku harus kuat, kau juga sudah
meyakinkanku bahwa kita akan senantiasa bersama sampai bahagia itu menyatukan
di keabadian nanti.
Burung besi
yang kutumpangi mulai mengepakkan sayapnya dan terbang meninggalkan kotamu, aku
menangis sejadi-jadinya tak perduli semua memandangku, yang aku tahu aku masih
ingin bersamamu. Aku mendarat dengan sempurna di kotaku, aku telah kembali lagi
dengan kesepianku tanpa kamu sayang. Tapi aku yakini aku dan kamu akan satu
selamanya. Selama aku kuat dan kamu kuat, selama kita msih memegang semua
komitmen yang harus dijaga dalam hubungan jarak tauh ini.
Januari
itu kini datang lagi, aku benar menunggu taanggal jadi kita yang ke 4 tahun
sayang, tanggal 20 JANUARI 2013, tapi sayang kau sia-siakan semua tepat tanggal
18 JANUARI 2013, kau membuat aku kecewa, membuat semua rasa percayaku sirna
dimakan aktu, membuang aku di titik ujung lemah untuk tetap bertahan. Aku tak
mengerti kau setega itu. Aku siapa? Bukankah aku yang kau sayang? Bukankah aku
yang selalu kau butuhkan saat kau bersedih? Bukankah aku yang akan menjadi
pendampingmu kelak? Tapi mengapa kau tega buat aku seperti ini?.
L
Hanya
kesedihan menyelimuti kekuatanku untuk melepasmu, aku ingin bertahan, tapi kau
yang menyuruhku pergi sayang. Kau yang membuatku kecewa dengan semua
kebohonganmu, aku masih berharap kau ada disisiku, tapi tanpa jarak ini. Aku
tak akan bisa percaya lagi dengan mu bila jarak ini terus menghalangi hubungan
kita. Aku masih berharap kau ada di setiap hariku tapi dengan perubahanmu yang
sungguh-sungguh dengan kejujuranmu bukan dengan kebohonganmu, dengan
kesetiaanmu bukan dengan penghianatanmu. Ini aku yang menyayangimu, aku yang
selalu berharap kau berubah dengan ketulusan yang sebenarnya kau punya. J
Aku masih menyayangimu 120394 SELAMANYA!